# Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal ginjal
kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan
penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan bertahap dalam gejalagejala,
menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Gagal ginjal kronis
biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap.
Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat
digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia adalah peningkatan nitrogen urea
darah (BUN) dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat.
Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik yang
sering ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik :
* Infeksi : Pielonefritis kronik
* Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
* Penyakit vascular hipertensi : Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis.
* Gangguan jaringan penyambung : Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
* Gangguan kongerital dan hereditas : Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal.
* Penyakit metabolic : Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme,
amiloidosis.
* Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
* Nefropati obstruktif : Saluran kemih bagian atas kalkuli , neoplasma,
fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostate, struktur
urea, anomaly kongetal pada leher kandung kemih dan uretra.
# Tanda dan gejala
Penurunan fungsi ginjal akan mengakibatkan berbagai manifestasi klinik mengenai
dihampir semua sistem tubuh manusia, seperti:
* Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya
zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu oleh
bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Disamping
itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering yang belum jelas penyebabnya.
Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal Kronik, bahkan
kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
* Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam
dan gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.
* Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan
apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik
ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul anemi, selain
anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi
trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit
dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita
Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh karena imunitas yang menurun.
* Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak
(restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat
pula berupa kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai
penurunan kesadaran atau koma.
* Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme
terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan
air, atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala
yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis
yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat
gangguan elektrolit.
* Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai
pada Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai
aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga gangguan
metabolik vitamin D.
* Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi, gangguan
elektrolit dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti asidosis metabolik,
hiperkalemia, hiperforfatemi, hipokalsemia.
# Pemerikasaan Penunjang
Urine
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar
(anuria)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri, lemak,
partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya
darah, HB, mioglobin.
Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal
berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio
urine/serum sering 1:1
Klirens keratin : Mungkin agak menurun
Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
Darah
BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 16 mg/
dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
Hitung darah lengkap : Ht : Menurun pada adanya anemia Hb:biasanya kurang ari 78 g/
dL
SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada azotemia.
GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme
protein. Bikarbonat menurun, PCO2 menurun .
Natrium Serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan Natrium” atas normal
(menunjukan status dilusi hipernatremia).
Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak
terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan
sintesis karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urine.
KUB fota : Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya obstruksi
(batu)
Piolegram Retrograd : Menunujukkan abnormallitas pelvis ginjal dan ureter.
Arteriogram Ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
massa.
Sistouretrogram Berkemih : Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam
ureter, terensi.
Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histoligis.
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif.
EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan Tangan : Dapat menunjukan demineralisasi.
(Rencana Askep, Marilyn E Doenges dkk)
# Pencegahan
Pemeliharaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi. Sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada
waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
# Pengobatan / Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis
selama mungkin. Adapun penatalaksaannya sebagai berikut :
* Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala.
Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
* Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000
mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah
kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen natrium klorida
atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine, dan
pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml).
* Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada
pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur
tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop, selain
obat anti hipertensi.
* Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah
hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari),
diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan eksresi kalium (misalnya
penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid), asidosis berat, atau
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam
kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15 mmol/
liter biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam dan dapat
diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat dapat
berbahaya.
* Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti alumunium
hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000mg) pada setiap makan.
Namun hati-hati dengan toksisitas obat tertentu. Diberikan supplemen vitamin D dan
dilakukan paratiroidektomi atas indikasi.
* Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi lebih
ketat.
* Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik
dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesic opiat,
amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan
ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
* Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi denagn ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis, neurepati
perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang
mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.
* Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan
dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas meski telah
dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL
1. Pengkajian
* Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
* Aktifitas / istirahat :
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise
Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
* Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina)
Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan.
Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir.
Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan
* Integritas Ego :
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
*
Eliminasi :
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
* Makanan / cairan :
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan amonia)
Penggunaan diuretik
Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
* Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur.
Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki,
kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
* Nyeri / kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
*
Pernapasan
Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
Batuk dengan sputum encer (edema paru).
* Keamanan
Kulit gatal
Ada / berulangnya infeksi
Pruritis
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
Ptekie, area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
* Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
* Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.
* Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut :
* Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
* Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
* Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
* Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, dan rencana tindakan.
3. Intervensi
Diagnosa I
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebihan dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
* Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
* Turgor kulit baik
* Membran mukosa lembab
* Berat badan dan tanda vital stabil
* Elektrolit dalam batas normal
Intervensi
1. Kaji status cairan :
* Timbang berat badan harian
* Keseimbangan masukan dan haluaran
* Turgor kulit dan adanya oedema
* Distensi vena leher
* Tekanan darah, denyut dan irama nadi
Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
2. Batasi masukan cairan :
Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan
respons terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1452).
Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
4. Pantau kreatinin dan BUN serum
Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera. (Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram, hal 156).
Diagnosa II
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah, pembatasan diet perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
* Mempertahankan/meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh
situasi individu.
* Bebas oedema
Intervensi
1. Kaji / catat pemasukan diet
Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik
umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan.
(Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
2. Kaji pola diet nutrisi pasien
* Riwayat diet
* Makanan kesukaan
* Hitung kalori
Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
3. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
* Anoreksia, mual dan muntah
* Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
* Depresi
* Kurang memahami pembatasan diet
Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet.
4. Berikan makan sedikit tapi sering
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya
peristaltik. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
5. Berikan pasien / orang terdekat daftar makanan / cairan yang diizinkan dan
dorong terlibat dalam pilihan menu.
Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan dan rumah
dapat meningkatkan nafsu makan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges,
hal 620).
6. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
Mendorong peningkatan masukan diet
7. Tinggikan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur,
susu, daging.
Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
8. Timbang berat badan harian.
Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
Diagnosa III
Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelelahan, anemia dan retensi produk sampah
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil :
* Berkurangnya keluhan lelah
* Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
* Laporan perasaan lebih berenergi
* Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal
setelah penghentian aktifitas.
Intervensi
1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
* Anemia
* Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
* Retensi produk sampah
* Depresi
Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi.
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1454).
4. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal
1454).
Diagnosa IV
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondis, pemeriksaan
diagnostic, rencana tindakan dan prognosis.
Tujuan : Ansietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit
dan pengobatan.
Kriteria hasil :
* Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic dan rencana
tindakan.
* Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
Intervensi
1. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi.
Indiviodu yang berhasil dalam koping dapat pengaruh positif untuk membantu
pasien yang baru didiagnosa mempertahankan harapan dan mulai menilai perubahan gaya
hidup yang akan diterima. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal
159).
2. Berikan informasi tentang :
* Sifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis
adalah tak dapat pulih dan bahwa lama tindakan diperlukan untuk mempertahankan
fungsi tubuh normal.
* Pemeriksaan diagnostic termasuk :
o Tujuan
o Diskripsi singkat
o Persiapan yang diperlukan sebelum tes
o Hasil tes dan kemaknaan hasil tes.
Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya
bila ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian
maksimum. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram hal 159).
* Sediakan waktu untuk pasien dan orng terdekat untuk membicarakan
tentang masalah dan perasaan tentang perubahan gaya hidup yang akan diperlukan
untuk memiliki terapi.
Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas. Tindakan untuk
gagal ginjal berdampak pada seluruh keluarga. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1,
Barbara Engram hal 160).
* Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan
tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka
siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
* Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat
penyakit.
4. Implementasi
Asuhan Keperawatan pada klien dengan kegagalan ginjal kronis.
* Membantu Meraih Tujuan Terapi
1. Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah
dipesankan.
2. Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai
pantangan sodium, potassium, phosphorus dan protein.
3. Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
4. Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
5. Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
6. Melindungi pasien dari infeksi.
7. Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang
seksama.
8. Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan
sikat gigi yang berbulu halus dan pemberian antacid.
* Mengusahakan Kenyamanan
1. Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut
kebutuhan.
2. Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki
bawah.
3. Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
4. Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
5. Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.
* Konsultasi dan Penyuluhan
1. Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai
perasaan tentang kronisitas dari penyakit.
2. Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.
3. Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya
mengelola cara hidup baru.
4. Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan
obat-obatan dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah,
Barbara C. Long).
5. Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan
kegagalan ginjal kronis terdiri dari yang berikut.
* Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
* Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
* Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
* Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?
* Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi,
peraturan obat-obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar