Laman

Sabtu, 06 November 2010

"Pengukuran Suhu"

Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat.

Pengukuran SuhuKondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.

Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal dan aksila.


TUJUAN TINDAKAN


Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.

Alat dan Bahan


  1. Termometer
  2. 3 buah botol: 
    • Botol 1 berisi larutan sabun
    • Botol 2 berisi larutan desinfektan
    • Botol 3 berisi air bersih
  3. Bengkok
  4. Kertas / tissue
  5. Vaselin
  6. Buku catatan suhu
  7. Sarung tangan

Prosedur Kerja


PEMERIKSAAN SUHU ORAL



  1. Jelaskan prosedur kepada klien
  2. Cuci tangan
  3. Gunakan sarung tangan
  4. Atur posisi pasien
  5. Tentukan letak bawah lidah
  6. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C.
  7. Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
  8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 – 5 menit
  9. Angkat termometer dan baca hasilnya
  10. Catat hasil
  11. Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
  12. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
  13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan


PEMERIKSAAN SUHU AKSILA



  1. Jelaskan prosedur kepada klien
  2. Cuci tangan
  3. Gunakan sarung tangan
  4. Atur posisi pasien
  5. Tentukan letak aksila (Ketiak) dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tissue
  6. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C.
  7. Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada (mendekap dada)
  8. Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
  9. Catat hasil
  10. Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
  11. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
  12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan


PEMERIKSAAN SUHU REKTAL



  1. Jelaskan prosedur kepada klien
  2. Cuci tangan
  3. Gunakan sarung tangan
  4. Atur posisi pasien dengan posisi miring
  5. Pakaian diturunkan sampai dibawah glutea (dibawah pantat)
  6. Tentukan letak rektal, lalu oleskan vaseline
  7. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C.
  8. Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien, masukkan termometer kedalam rektal dengan perlahan-lahan, jangan sampi berubah posisi dan ukur suhu
  9. Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
  10. Catat hasil
  11. Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
  12. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
  13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan


BUKU:


A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakrata : EGC : 2004

Kamis, 04 November 2010

"Mobilisasi"

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep – konsep tentang mobilisasi. Di bawah ini akan di bahas beberapa uraian penting antara lain :
A. Pengertian mobilisasi
B. Menjelaskan tujuan mobilisasi
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
D. Macam persendian diartrosis dan pergerakannya.
E. Tanda – tanda terjadinya intolerasi aktifitas
F. Masalah fisik akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)
G. Menjelaskan upaya pencegahan masalahyang timbul akibat kurangnya mobilisasi.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur

A. Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).

B. Tujuan dari mobilisasi antara lain :
  1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
  2. Mencegah terjadinya trauma
  3. Mempertahankan tingkat kesehatan
  4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
  5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.


C. Faktor – faktor yang mempengaruhi obilisasi
1. Gaya hidup
     Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2. Proses penyakit dan injuri
     Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

3. Kebudayaan
     Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

4. Tingkat energi
     Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

5. Usia dan status perkembangan
     Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.


D. Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).

E. Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
a) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
c) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
f) Status emosi labil.
F. Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a) Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinari
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respirai
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
G. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :
  1. Perbaikan status gisi
  2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
  3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
  4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
  5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
  1. Posisi fowler (setengah duduk)
  2. Posisi litotomi
  3. Posisi dorsal recumbent
  4. Posisi supinasi (terlentang)
  5. Posisi pronasi (tengkurap)
  6. Posisi lateral (miring)
  7. Posisi sim
  8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)

MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING

Tujuan :

  1. Mempertahankan bady aligment
  2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
  3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
  4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
  5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap

Indikasi :

  1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
  2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
  3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
  4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :

  1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mpobilisasi ke posisi lateral.
  2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.
  3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
  4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
  5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :

  1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
  2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
  3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :

  1. Satu bantal penopang lengan
  2. Satu bantal penopang tungkai
  3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :
1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan mobilisasi
2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di lakukan mobilisasi lateral
3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien
b) Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.
c) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e) Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi
4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).
5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.
8. Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :
a) Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil
c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega
9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat
11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
12. Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986, Chlinical Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.
2. Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta, Arcan.
3. Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california Addison – Wesly publishing Division.
4. Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing, Philadelpia Addison Wesly publishing Division.

Selasa, 02 November 2010

"Pemeriksaan Denyut Nadi"

Denyut Nadi     Sekarang tentang pemeriksaan atau pengukuran denyut nadi. Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana maupun canggih



Titik Denyut Nadi     Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteria brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis pada samping muka bagian atas didepan-atas telinga, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.



TUJUAN:



  1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
  2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler


ALAT dan BAHAN



  1. Arloji (Jam) atau stop-watch
  2. Buku catatan nadi
  3. Pena


Prosedur Kerja



  1. Jelaskan prosedur kepada klien
  2. Cuci tangan
  3. Atur posisi pasien
  4. Letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh
  5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
  6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis (ex : lihat gambar). Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta kekuatan denyutan
  7. Catat hasil
  8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.


BUKU:



A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakrata : EGC : 2004